:: SELAMAT DATANG - SUGENG RAWUH - WELCOME ::

WEBSITE LKSA DARUL HADLONAH BOYOLALI

Gedung Asrama Anak Asuh Putri

LKSA Darul Hadlonah 2 Boyolali

Gedung Asrama Anak Asuh Putra

LKSA Darul Hadlonah 1 Boyolali

Foto Bersama dalam Acara Penyerahan Sertifikat Akreditasi LKSA

Alhamdulillah LKSA Darul Hadlonah sudah terakreditasi

Kunjungan BALKS ke LKSA Darul Hadlonah 2 Boyolali

Tim Asesor Akreditasi LKSA Darul Hadlonah 2 Boyolali

TEPAK (Temu Penguatan Kapasitas Anak dan Keluarga)

Kegiatan TEPAK LKSA Darul Hadlonah Boyolali

Kegiatan Character Building

Kegiatan Karakter Membangun Karakter di LKSA Darul Hadlonah 1 Boyolali

Indahnya berbagi antar sesama

Makan Bersama Donatur di LKSA Darul Hadlonah Boyolali

Yonif Raider 408/SBH Berbagi

Kegiatan Bakti Sosial Yonif Raider 408/SBH ke LKSA Darul Hadlonah 2 Boyolali

Pelatihan Metodologi Qiroati LKSA Darul Hadlonah Boyolali

Kegiatan Pelatihan Metodologi Qiroati di Asrama Putra LKSA Darul Hadlonah Boyolali

Saturday, May 30, 2020

Perdagangan Anak


Dampak perdagangan anak tidak hanya dirasakan oleh anak sebagai korban, akan tetapi dirasakan pula oleh keluarganya.
Dampak bagi anak
Anak mengalami permasalahan tumbuh kembang anak baik secara kognitif, psikis, fisik, maupun dampak sosial dan perilaku.
  • Dampak secara kognitif, anak mempunyai IQ yang lemah, prestasi akademik yang buruk, bahkan anak mengalami drop out dari sekolah, dan kemampuan bahasa yang rendah
  • Dampak secara psikis, dampak perdagangan akan menghancurkan anak. Anak mengalami penderitaan yang akut akibat terpisah dari keluarganya dan jauh dari rumahnya. Anak akan mengalami trauma atau rasa frustrasi terhadap peristiwa yang dialaminya. Peristiwa frustrasi dan traumatis ini dialami tidak sama antara satu korban dengan korban yang lainnya. 
  • Dampak secara fisik, adalah gizi buruk dikarenakan pola makan yang tidak teratur serta kualitas makanan yang dikonsumsi tidak memenuhi standar gizi seimbang yang seharusnya dikonsumsi oleh anak yang sedang berada dalam masa pertumbuhan
  • Dampak sosial dan perilaku, anak menjadi pasif, tidak asertif atau perilaku menarik diri dari lingkungannya. Perilaku ini muncul karena anak dalam waktu yang lama terpisah baik dari lingkungan sebayanya maupun lingkungan keluarganya. Akibatnya anak tidak dapat bergaul dengan anak-anak lain seusianya dan kehilangan komunikasi dengan keluarganya. Anak akan tumbuh menjadi peribadi yang kasar karena mereka biasanya tidak mengenal norma atau aturan yang berlaku dalam masyarakat. anak selalu curiga kepada orang-orang yang berupaya memberikan bantuan padanya karena mereka biasanya diajarkan tidak mudah percaya kepada orang lain, walaupun mempunyai itikad yang baik.
Anak korban perdagangan anak, juga berdampak kepada tidak terpenuhinya kebutuhan dasar anak, seperti tidak mendapatkan pelayanan kesehatan yang memadai, kondisi tempat tinggal yang tidak bersih dan tidak aman, pengasuhan yang tidak tepat, dan kebutuhan akan pendidikan. Anak juga akan kehilangan hak-haknya, antara lain:
  • Hak untuk dapat hidup, tumbuh dan berkembang serta berpartisipasi secara wajar sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.
  • Hak atas suatu nama sebagai identitas diri dan status kewarganegaraan.
  • Hak mengetahui orang tuanya, dibesarkan dan diasuh oleh orang tuanya sendiri.
  • Hak untuk memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat  kecerdasannya sesuai dengan bakatnya.
Dampak bagi keluarga
Keluarga yang memiliki anak korban perdagangan tidak dapat memelihara keseimbangan didalam keluarga karena mengalami gangguan. Keluarga tidak dapat berfungsi sebagai penyeimbang (homeostatis). Keluarga telah gagal dalam melakukan pengasuhan kepada anak karena tidak dapat memberikan perlindungan kepada anaknya sehingga mereka terjerembab dalam lingkaran perdagangan manusia yang sulit untuk dapat diselesaikan. Keluarga kehilangan fungsi kontrol pertumbuhan dan kehidupan anak karena mereka hidup terpisah dan tidak memiliki orang lain yang dapat diandalkan untuk mengawasi anaknya diluar pengawasan keluarganya.

Dikutip dari berbagai sumber

|| Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak Darul Hadlonah Boyolali || LKSA || PSAA || Panti Asuhan || Darul Hadlonah ||

Anak Korban Penyalahgunaan NAPZA


Anak atau remaja yang menjadi penyalahguna NAPZA, biasanya memiliki ciri-ciri pribadi yang rentan. Remaja yang rentan terhadap penyalahgunaan NAPZA ditandai dengan ciri-cirinya sebagai berikut :
- Mudah Kecewa
- Melakukan hal yang disukai tanpa batas
- Memiliki kepribadian lemah
- Kurang motivasi untuk berkarya
- Senang jalan pintas
- Mengabaikan peraturan
- Tidak sabar dalam pemuasan keinginan
- Mudah percaya pada orang lain
- Mudah bosan dan tidak toleran
- Rendahnya penghayatan keagamaan
- Tidak berani menghadapi tantangan
- Mempunyai gangguan kejiwaan
- Tidak mampu mengatasi masalah
- Suka merokok 
- Menderita gangguan tingkah laku
- Berteman dengan peminum
- Prestasi rendah dan malas belajar
- Berteman dengan penyalahguna NAPZA
- Tidak diterima teman sebaya
- Diterlantarkan oleh keluarga

Berdasarkan hal tersebut, terdapat faktor yang menyebabkan remaja menjadi penyalahguna NAPZA, yaitu:
Faktor internal individu
Meliputi beberapa aspek, yaitu lemahnya kepribadian remaja, dinamika relasi khusus antara faktor psikis dan fisik yang kurang menguntungkan remaja, refleksi sikap yang menentang, perkembangan emosi yang tidak stabil, tidak mampu menyesuaikan diri, menderita ganguan tingkah laku sejak kecil, kurang pengalaman karena faktor usia, pemahaman yang salah, dan kurangnya pemahaman agama 
Faktor Eksternal atau Lingkungan
Antara lain ketidakharmonisan hubungan antara orang tua, orang tua terlalu menekan anak, perselisihan antar saudara, pengaruh pergaulan yang buruk, dan dampak negatif dari keadaan sekolah, serta pengaruh negatif lingkungan terhadap perkembangan kepribadian

Anak Terinfeksi HIV/AIDS
Terdapat beberapa faktor yang menempatkan anak pada resiko penularan virus HIV, sebagai berikut :
  • Ketidakberdayaan dalam hubungan seksual, baik dengan orang dewasa maupun dengan teman-teman sebaya mereka.
  • Tekanan-tekanan psikologis, fisik dan sosial/kultural untuk terlibat dalam perilaku-perilaku yang tidak aman, seperti hubungan seks yang tidak terlindungi dan pemakaian NAPZA jarum suntik, paksaan dari orang tua atau orang dewasa lainnya yang seringkali dengan menggunakan kekerasan.
  • Kurangnya pengetahuan tentang HIV dan AIDS, penyakit yang ditularkan secara seksual dan informasi kesehatan yang terkait dengannya.
  • Pemahaman dan keterampilan yang tidak memadai untuk menghindari atau menanggapi situasi-situasi dimana terdapat resiko tinggi untuk tertular, termasuk buruknya keterampilan hidup untuk berkomunikasi, mengidentifikasi bahaya, perlindungan diri, pembuatan keputusan dan pemecahan masalah.
  • Kurangnya pengenalan terhadap pelayanan-pelayanan kesehatan dan sumber-sumber informasi, dukungan dan perlindungan potensial lainnya dan kurangnya rasa percaya diri, adanya rasa takut sehingga menjadi kendala dalam menjangkau pelayanan-pelayanan tersebut.
  • Sikap-sikap religius dan kultural yang mencegah penggunaan kondom.
  • Tekanan ekonomi, ketiadaaan tempat tinggal, dan kurangnya kesempatan dan aktivitas sumber pendapatanalternatif, sehingga mengarahkan kepada ketertarikan kepada prostitusi atau keterlibatan dalam penggunaan atau perdagangan NAPZA jarum suntik.
Dampak yang terjadi dan dirasakan oleh anak yang memerlukan perlindungan khusus 
Anak yang mengalami kekerasan, eksploitasi, pelecehan dan penelantaran akan mengalami resiko sebagai berikut :
  • Usia yang pendek.
  • Kesehatan fisik dan mental yang buruk.
  • Masalah pendidikan (termasuk keluar dari sekolah).
  • Kemampuan yang terbatas sebagai orang tua kelak.
  • Menjadi gelandangan.
  • Anak akan kehilangan hal yang paling mendasar dalam kehidupannya dan pada gilirannya berdampak sangat serius pada kehidupan anak di kemudian hari, antara lain : Cacat tubuh permanen dan Kegagalan belajar.
  • Gangguan emosional bahkan dapat menjurus pada gangguan kepribadian.
  • Konsep diri yang buruk dan ketidakmampuan untuk mempercayai atau mencintai orang lain.
  • Pasif dan menarik diri dari lingkungan, takut membina hubungan baru dengan orang lain.
  • Agresif dan kadang-kadang melakukan tindakan kriminal.
  • Menjadi penganiaya ketika dewasa.
  • Menjadi penyalahguna NAPZA.
  • Kematian
Dampak penyalahgunaan NAPZA dikalangan anak dan remaja adalah :
Dampak secara fisik
NAPZA dapat mengakibatkan kerusakan fisik seperti: gagal ginjal; perlemakan hati, pengkerutan hati, kanker hati; radang paru-paru, radang selaput paru, TBC paru; rentan terhadap berbagai penyakit hepatitis B, hepatitis C, dan HIV/AIDS; cacat janin; impotensi; gangguan menstruasi; pucat akibat kurang darah (anemia); penyakit lupa ingatan/pikun; kerusakan otak; pendarahan lambung; radang pankreas; radang syaraf; mudah memar; gangguan fungsi jantung; bahkan menyebabkan kematian.
Dampak secara psikologis
Penyalahgunaan NAPZA mengakibatkan gangguan psikologis seperti: emosi tidak terkendali; curiga berlebihan sampai pada tingkat waham (tidak sejalan antara pikiran dengan kenyataan); selalu berbohong; tidak merasa aman; tidak mampu mengambil keputusan yang wajar; tidak memiliki tanggung jawab; kecemasan yang berlebihan dan depresi; ketakutan yang luar biasa; dan hilang ingatan (gila). 
Dampak secara sosial
Penyalahgunaan NAPZA menimbulkan problema sosial seperti: hubungan dengan keluarga, guru, dan teman serta lingkungannya terganggu; mengganggu ketertiban umum; selalu menghindari kontak dengan orang lain; merasa dikucilkan atau menarik diri dari lingkungan positif; tidak peduli dengan norma dan nilai yang ada; melakukan hubungan seks secara bebas; tidak peduli dengan norma dan nilai yang ada; melakukan tindakan kekerasan, baik fisik, psikis maupun seksual; dan mencuri. 
Dampak HIV dan AIDS pada kehidupan anak-anak mengarah kepada penderitaan, tragedi dan terpangkasnya kehidupan muda.kondisi-kondisi ini dapat diihat sebagai berikut:
  1. Anak menjadi yatim piatu karena kematian orang tua mereka oleh HIV dan AIDS 
  2. Anak seringkali mendapatkan perlakuan diskriminasi, baik yang dialaminya langsung maupun tidak langsung dengan melihat perlakuan orang lain terhadap orang tuanya yang terinfeksi HIV. 
  3. Anak mengalami pengucilan dari keluarga besarnya, teman-temannya, dilingkungan sekolah, dan masyarakat secara luas.
Dikutip dari berbagai sumber

|| Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak Darul Hadlonah Boyolali || LKSA || PSAA || Panti Asuhan || Darul Hadlonah ||

Kegiatan Wisata Religi LKSA Darul Hadlonah ke Jepara


BOYOLALI (5 Jan 20, Beberapa kegiatan di LKSA Darul Hadlonah Boyolali yang setiap tahunnya diselenggarakan salah satunya yaitu "KEGIATAN ZIARAH" atau dapat juga dikatakan sebagai "Wisata Religi". Pada kesempatan kali ini tujuannya adalah Jepara. Kegiatan ziarah yang dilaksanakan rutin setiap tahun ini anak-anak sangat antusias. kegiatan ini diharapkan dapat memberi manfaat batiniyah membentuk akhlaq yang baik, meningkatkan kualitas iman dan dapat menghibur anak-anak setelah belajar di sekolah. Kegiatan ziarah ini dilaksanakan pada tanggal 5 Januari 2020 yang melibatkan anak asuh baik dalam panti ataupun non panti, pengasuh dan pengurus LKSA Darul Hadlonah Boyolali. Kegiatan ini dilakukan secara bersama antara LKSA Darul Hadlonah 1 dan Darul Hadlonah 2. Tujuan ziarah/wisata religi ini meliputi  Makan Ratu Kalinyamat Jepara, Makam Syech Abu Bakar di Pulau Panjang Jepara dan Pantai Panjang Jepara. 

|| Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak Darul Hadlonah Boyolali || LKSA || PSAA || Panti Asuhan || Darul Hadlonah ||