Delapan Tanda Keikhlasan
Ada delapan tanda-tanda keikhlasan yang bisa kita gunakan
untuk mengecek apakah rasa ikhlas telah mengisi relung-relung hati kita.
Kedelapan tanda itu adalah:
1. Keikhlasan hadir bila Anda takut akan popularitas
Imam Ibnu Syihab Az-Zuhri berkata, “Sedikit sekali kita
melihat orang yang tidak menyukai kedudukan dan jabatan. Seseorang bisa menahan
diri dari makanan, minuman, dan harta, namun ia tidak sanggup menahan diri dari
iming-iming kedudukan. Bahkan, ia tidak segan-segan merebutnya meskipun harus
menjegal kawan atau lawan.” Karena itu tak heran jika para ulama salaf banyak
menulis buku tentang larangan mencintai popularitas, jabatan, dan riya.
Fudhail bin Iyadh berkata, “Jika Anda mampu untuk tidak
dikenal oleh orang lain, maka laksanakanlah. Anda tidak merugi sekiranya Anda
tidak terkenal. Anda juga tidak merugi sekiranya Anda tidak disanjung ornag
lain. Demikian pula, janganlah gusar jika Anda menjadi orang yang tercela di
mata manusia, tetapi menjadi manusia terpuji dan terhormat di sisi Allah.”
Meski demikian, ucapan para ulama tersebut bukan menyeru
agar kita mengasingkan diri dari khalayak ramai (uzlah). Ucapan itu adalah
peringatan agar dalam mengarungi kehidupan kita tidak terjebak pada jerat hawa
nafsu ingin mendapat pujian manusia. Apalagi, para nabi dan orang-orang saleh
adalah orang-orang yang popular. Yang dilarang adalah meminta nama kita
dipopulerkan, meminta jabatan, dan sikap rakus pada kedudukan. Jika tanpa
ambisi dan tanpa meminta kita menjadi dikenal orang, itu tidak mengapa.
Meskipun itu bisa menjadi malapetaka bagi orang yang lemah dan tidak siap
menghadapinya.
2. Ikhlah ada saat Anda mengakui bahwa diri Anda punya
banyak kekurangan
Orang yang ikhlas selalu merasa dirinya memiliki banyak
kekurangan. Ia merasa belum maksimal dalam menjalankan segala kewajiban
yang dibebankan Allah swt. Karena itu ia tidak pernah merasa ujub dengan setiap
kebaikan yang dikerjakannya. Sebaliknya, ia cemasi apa-apa yang dilakukannya
tidak diterima Allah swt. karena itu ia kerap menangis.
Aisyah r.a. pernah bertanya kepada Rasulullah saw. tentang
maksud firman Allah: “Dan orang-ornag yang mengeluarkan rezeki yang dikaruniai
kepada mereka, sedang hati mereka takut bahwa mereka akan kembali kepada Tuhan
mereka.” Apakah mereka itu orang-orang yang mencuri, orang-orang yang berzina,
dan para peminum minuman keras, sedang mereka takut akan siksa dan murka Allah
‘Azza wa jalla? Rasulullah saw. menjawab, “Bukan, wahai Putri Abu Bakar. Mereka
itu adalah orang-orang yang rajin shalat, berpuasa, dan sering bersedekah,
sementera mereka khawatir amal mereka tidak diterima. Mereka bergegas dalam
menjalankan kebaikan dan mereka orang-orang yang berlomba.” (Ahmad).
3. Keikhlasan hadir ketika Anda lebih cenderung untuk
menyembunyikan amal kebajikan
Orang yang tulus adalah orang yang tidak ingin amal
perbuatannya diketahui orang lain. Ibarat pohon, mereka lebih senang menjadi
akar yang tertutup tanah tapi menghidupi keseluruhan pohon. Ibarat rumah,
mereka pondasi yang berkalang tanah namun menopang keseluruhan bangunan.
Suatu hari Umar bin Khaththab pergi ke Masjid Nabawi. Ia
mendapati Mu’adz sedang menangis di dekat makam Rasulullah saw. Umar
menegurnya, “Mengapa kau menangis?” Mu’adz menjawab, “Aku telah mendengar
hadits dari Rasulullah saw. bahwa beliau bersabda, ‘Riya sekalipun hanya
sedikit, ia termasuk syirik. Dan barang siapa memusuhi kekasih-kekasih Allah
maka ia telah menyatakan perang terhadap Allah. Sesungguhnya Allah menyukai
orang-orang yang baik, takwa, serta tidak dikenal. Sekalipun mereka tidak ada,
mereka tidak hilang dan sekalipun mereka ada, mereka tidak dikenal. Hati mereka
bagaikan pelita yang menerangi petunjuk. Mereka keluar dari segala tempat yang
gelap gulita.” (Ibnu Majah dan Baihaqi)
4. Ikhlas ada saat Anda tak masalah ditempatkan sebagai
pemimpin atau prajurit
Rasulullah saw. melukiskan tipe orang seperti ini dengan
berkataan, “Beruntunglah seorang hamba yang memegang tali kendali kudanya di
jalan Allah sementara kepala dan tumitnya berdebu. Apabila ia bertugas menjaga
benteng pertahanan, ia benar-benar menjaganya. Dan jika ia bertugas sebagai
pemberi minuman, ia benar-benar melaksanakannya.”
Itulah yang terjadi pada diri Khalid bin Walid saat Khalifah
Umar bin Khaththab memberhentikannya dari jabatan panglima perang. Khalid tidak
kecewa apalagi sakit hati. Sebab, ia berjuang bukan untuk Umar, bukan pula
untuk komandan barunya Abu Ubaidah. Khalid berjuang untuk mendapat ridha Allah
swt.
5. Keikhalasan ada ketika Anda mengutamakan keridhaan Allah
daripada keridhaan manusia
Tidak sedikit manusia hidup di bawah bayang-bayang orang
lain. Bila orang itu menuntun pada keridhaan Allah, sungguh kita sangat
beruntung. Tapi tak jarang orang itu memakai kekuasaannya untuk memaksa kita
bermaksiat kepada Allah swt. Di sinilah keikhlasan kita diuji. Memilih
keridhaan Allah swt. atau keridhaan manusia yang mendominasi diri kita? Pilihan
kita seharusnya seperti pilihan Masyithoh si tukang sisir anak Fir’aun. Ia
lebih memilih keridhaan Allah daripada harus menyembah Fir’aun.
6. Ikhlas ada saat Anda cinta dan
marah karena Allah
Adalah ikhlas saat Anda menyatakan cinta dan
benci, memberi atau menolak, ridha dan marah kepada seseorang atau sesuatu
karena kecintaan Anda kepada Allah dan keinginan membela agamaNya, bukan untuk
kepentingan pribadi Anda. Sebaliknya, Allah swt. mencela orang yang berbuat
kebalikan dari itu. “Dan di antara mereka ada orang yang mencela tentang
(pembagian) zakat. Jika mereka diberi sebagian daripadanya, mereka bersenang
hati, dan jika mereka tidak diberi sebagian daripadanya, dengan serta merta
mereka menjadi marah.” (At-Taubah: 58)
7. Keikhalasan hadir saat Anda sabar terhadap panjangnya
jalan
Keikhlasan Anda akan diuji oleh waktu. Sepanjang hidup Anda
adalah ujian. Ketegaran Anda untuk menegakkan kalimatNya di muka bumi meski
tahu jalannya sangat jauh, sementara hasilnya belum pasti dan kesulitan sudah
di depan mata, amat sangat diuji. Hanya orang-orang yang mengharap keridhaan
Allah yang bisa tegar menempuh jalan panjang itu. Seperti Nabi Nuh a.s. yang
giat tanpa lelah selama 950 tahun berdakwah. Seperti Umar bin Khaththab yang
berkata, “Jika ada seribu mujahid berjuang di medan juang, aku satu di
antaranya. Jika ada seratus mujahid berjuang di medan juang, aku satu di
antaranya. Jika ada sepuluh mujahid berjuang di medan juang, aku satu di
antaranya. Jika ada satu mujahid berjuang di medan juang, itulah aku!”
8. Ikhlas ada saat Anda merasa gembira jika kawan Anda
memiliki kelebihan
Yang paling sulit adalah menerima orang lain memiliki
kelebihan yang tidak kita miliki. Apalagi orang itu junior kita. Hasad. Itulah
sifat yang menutup keikhlasan hadir di relung hati kita. Hanya orang yang ada
sifat ikhlas dalam dirinya yang mau memberi kesempatan kepada orang yang
mempunyai kemampuan yang memadai untuk mengambil bagian dari tanggung jawab
yang dipikulnya. Tanpa beban ia mempersilakan orang yang lebih baik dari
dirinya untuk tampil menggantikan dirinya. Tak ada rasa iri. Tak ada rasa
dendam. Jika seorang leader, orang seperti ini tidak segan-segan membagi tugas
kepada siapapun yang dianggap punya kemampuan.